2024-04-24

SGOnline

Bersinar & Informatif

Bakwan dan Gorengan

3 min read

Oleh: Jeremy Huang Wijaya

ADA pepatah 文化涵化是生命的动力
Wénhuà hán huà shì shēngmìng de dònglì artinya Akulturasi budaya adalah dinamisnya kehidupan.

Tanpa disadari banyak aneka jenis kuliner merupakan akulturasi budaya dari Tiongkok China dengan masyarakat kita seperti lumpia, bakpia, cap tjay, bakso, yamien, siomay dan aneka masakan lainnya.

Kita semua pasti mengenal bakwan dan kita semua suka bakwan. Kata bakwan sebenarnya berasal dari kata Hokian China. Hokian adalah nama suku propinsi di China. Hal ini dapat terlihat jelas pada kata bak (肉) yang berarti “daging” dan wan (丸) yang berarti “bola”.

Penggunaan kata bak (肉) ini serupa dengan makanan lain yang memiliki asal dan bahan yang sama seperti bakpao (roti isi daging), bakso (bola daging), bakmi (mi daging), bakpia (kue daging kacang hijau), dan bacang (daging cacah).

Seharusnya isi dari Bakwan adalah daging tetapi mengalami perubahan dan adaptasi, isi daging diganti menjadi sayuran yaitu wortel dan kol atau jagung.

Kemudian kita kenal gorengan menjadi snack makanan ringan yang identik dengan jajanan kaki lima di Nusantara ini karena harganya murah meriah. Ternyata gorengan ada pengaruh budaya lain yang menjadi cikal bakal kehadiran gorengan.

Makanan gorengan pertama kali dikenalkan oleh orang Tiongkok China yang merantau masuk ke Nusantara sejak kedatangan Fai Xian Bhiksu Pendeta Budha, I Tsing hingga kedatangan Rombongan Laksmana Cheng Ho.

Teknik memasak dengan cara menggoreng merupakan salah satu teknik memasak yang paling sering dilakukan oleh orang China Perantauan yang datang ke Nusantara. Sedangkan di Nusantara sendiri pada awalnya teknik memasak yang digunakan adalah merebus, mengukus, membakar dan mengasap.

Melihat banyaknya pohon kelapa sawit yang tumbuh subur di Nusantara akhirnya mereka membuat minyak sebagai bahan baku gorengan, hal tersebut yang membuat mereka mulai melakukan teknik menggoreng dengan bahan dasar minyak.

Jadi teknik menggoreng itu berasal dari kebiasaan orang China Perantauan yang tinggal di Nusantara. Rasa hasil gorengan yang gurih, hangat dan renyah ternyata berhasil memikat nafsu makan masyarakat kita dari berbagai inderanya. Baik lidah, penciuman, penglihatan hingga suara renyah yang dibuat. Minyak goreng berasal dari kelapa yang tumbuh dipesisir pantai.

Kedatangan para perantau dari Tiongkok China pada masa lampau menggunakan kapal laut mulai kedatangan Fai Xian Pendeta Budha hingga Laksmana Cheng Ho waktu awal kedatangannya lokasi pertama yang mereka kunjungi yaitu pesisir pantai. Maka lokasi ini mendapat pengaruh besar dari para perantau yang berada dipesisir pantai. Akulturasi budaya pertama kali terjadi di pesisir pantai

Berjalan seiring waktu, keterbatasan transportasi membuat banyak orang China harus bertahan hidup di daerah pesisir. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama itu berjualan menjadi cara yang dipilih orang Tionghoa untuk mendapat pemasukan dan mencukupi kebutuhan hidupnya salah satunya dengan berjualan gorengan atau makanan yang digoreng. Minyak goreng berasal dari kelapa yang tumbuh dipesisir pantai.

Tetapi kondisi perekonomian masyarakat lokal yang dahulu masih serba sulit membuat orang-orang China ini menginovasi dengan bahan-bahan yang lebih murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Inovasi yang dilakukan orang Tionghoa tersebut yang ternyata disukai oleh masyarakat di Nusantara dan berhasil populer hingga sekarang.

Misalanya seperti bakwan. Nama bakwannya sendiri itu sudah salah, bak artinya daging. Bakwan sebenarnya adalah bakso goreng. Hanya saja kondisi perekonomian yang kurang bagus saat itu membuat daging yang digunakan pada bakwan diganti dengan sayuran agar lebih murah dan ternyata berhasil disukai banyak orang bahkan sampai sekarang.

Setelah populer di kawasan pesisir, baru kemudian banyak perantau yang bergeser ke daerah pedalaman dan ke bukit atau pegunungan sehingga teknik menggoreng menjadi dikenal lebih luas lagi. Tetapi fakta uniknya, sejak zaman dulu hingga sekarang gorengan ternyata hanya populer di sebagian wilayah Nusantara saja yang memang mendapatkan akses mudah terhadap minyak goreng. Karena banyak pohon kelapa tumbuh subur sehingga dapat dijadikan bahan dasar untuk membuat minyak goreng. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *