Dukung Kesenian Tradisional, Acara Gelar Budaya Cirebon 2024 Siap Digelar di Taman Pedati Gede
Cirebon, (SGOnline),–
Dalam rangka memeriahkan hari jadi Cirebon ke-597, Laskar Macan Ali, Forum Lingkungan dan Budaya, serta Payung Suci berkolaborasi menggelar acara Gelar Budaya Cirebon 2024. Acara ini akan menampilkan berbagai kesenian dan budaya tradisional Cirebon.
Panglima Tinggi Laskar Macan Ali, Mamo Prabu Diaz, mengatakan, “Kami menampilkan kesenian Berokan yang hampir punah di Cirebon. Selain itu, akan ada penampilan vertikal adzan 7, serta sumbangsih dari umat Hindu di Cirebon dari Pura Agung Jati Permana yang akan menampilkan tarian-tarian Bali seperti barong dan kipas.”
Tidak hanya itu, wanita muda Bugis dari komunitas relaksasi akan menampilkan seni bela diri wushu. “Kami juga baru saja mendapat kabar bahwa pengamen jalanan akan berpartisipasi menyanyi dengan alat-alat sederhana seperti gitar,” tambah Mamo.
Dari Payung Suci, akan ada penampilan kecapi, tari jaipong, dan beberapa kesenian Sunda lainnya. Acara ini akan berlangsung dari pukul 16.00 hingga 17.30, dan dilanjutkan pada pukul 19.45 hingga 22.00 WIB di Taman Pedati Gede.
Mamo Prabu Diaz berharap, “Dengan partisipasi kami, selain hari jadi Cirebon yang semakin meriah, seni tradisi Cirebon juga semakin dikenal oleh masyarakat. Walaupun kami belum mendapat dukungan dari pihak manapun, semangat kami tetap tinggi demi Kota Cirebon dan seni budayanya.”
Dia juga menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi sanggar-sanggar seni di Cirebon. Banyak sanggar yang beroperasi dengan fasilitas yang minim, bahkan tanpa dukungan infrastruktur yang memadai. “Anak-anak yang belajar menari, bermain gamelan, dan memahami seni Cirebon sering kali tidak memiliki tempat untuk menampilkan kemampuan mereka. Kami berharap dengan acara seperti ini, mereka memiliki ruang untuk berekspresi,” ujarnya.
Mamo juga mengajak masyarakat dan pemerintah untuk lebih peduli dan mendukung seni budaya Cirebon. “Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk mempromosikan potensi Cirebon sebagai kota bersejarah dengan berbagai situs budaya dan wisata religi. Dengan perhatian yang lebih, seni budaya Cirebon dapat berkembang dan dikenal lebih luas.”
Lebih lanjut, Mamo menyebutkan bahwa kondisi sanggar-sanggar di Cirebon sangat memprihatinkan. “Beberapa sanggar harus beroperasi di tempat tinggal yang sempit dengan infrastruktur yang tidak memadai. Kami berusaha menjembatani komunikasi dengan perusahaan-perusahaan untuk memberikan bantuan, karena mereka sebenarnya peduli tetapi tidak tahu harus mulai dari mana,” tuturnya.
Dengan upaya bersama, Mamo optimistis seni budaya Cirebon dapat tumbuh dan berkembang, serta dikenal di kancah nasional maupun internasional.
(Andi/SGO)