Ini Dia Filosofi Tawurji dan Ngapem yang tak Banyak Orang Tahu
CIREBON, (SGOnline).-
Tawurji berasal dari suku kata tuwur (melempar uang koin/sejenisnya) dan aji (Tuan Haji/orang yang mampu). Tradisi Tawurji ini pada intinya merupakan bentuk shodaqoh keluarga keraton di hari rabu terakhir bulan safar (Rebo Wekasan) sebagai upaya untuk menolak segala jenis marabahaya/musibah.
Pada tahun ini, dunia mengalami musibah internasional yang melanda hampir ke setiap belahan negara, yakni merebaknya wabah Virus Covid 19 atau Corona. Oleh sebab itu tradisi Tawurji kali ini berbeda dengan tradisi Tawurji sebelumnya yang mengundang banyak masa dalam prosesinya, akan tetapi kali ini tradisi Tawurji hanya diikuti oleh sedikit orang, khususnya hanya meliputi keluarga saja diantaranya adalah putra-putri Sultan Raja Muhammad Emirudin, Sultan Kanoman XII, Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran Patih Kesultanan Kanoman dan selebihnya para abdi dalem yang jumlahnya terbatas.
Menurut salah satu cerita yang berkembang di lingkungan Keraton Kanoman Cirebon, tradisi Tawurji bermula dari upaya perlindungan murid-murid Syekh Lemah Abang yang dianggap sesat disertai nasib mereka yang terlunta-lunta, sehingga oleh Sunan Gunung Jati mereka dilindungi dengan memberikan uang koin sebagai bekal untuk bertahan hidup. Peristiwa itu tepat pada hari rabu terahir bulan safar dan pada hari itu juga berbarengan dengan tradisi ritual ngapem di Bangsal Paseban Keraton Kanoman Cirebon dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT dan tawasul kepada para wali dan leluhur raja-raja Keraton Kanoman.
Jalannya Prosesi Acara Tawurji kali ini dilaksnakan secara tertutup yakni dilakukan di Kedaton Keraton Kanoman. Mula-mula, uang koin yang merupakan pecahan dari limaratusan, seribuan, seratusan dan pecahan lainya yang juga dicampur dengan aneka macam permen, didoakan terlebih dahulu oleh Gusti Sultan Raja Muhammad Emirudin, Sultan Kanoman XII, lalu para famili bersiap di depan Kedaton untuk ikut antusisas membagikan dengan metode curak atau ditawur tepat sekitar jam 14.00 di hadapan para abdi dalem dan famili yang terbatas jumlahnya. Setelah semua uang koin ditawur dan habis tak tersisa, baru kemudian tradisi Tawurji selesai dilaksanakan dan semuanya membubarkan diri tanpa intruksi.
Sementara jalanya prosesi Ngapem berlangsung setelah dilaksanakanya tradisi Tawurji.
Tradisi Ngapem juga dilaksanakan secara internal saja tanpa melibatkan banyak pihak dan dalars jumlah orang yang terbatas, mengingat kondisi hari ini yang rawan akan penyebaran Virus Covid 19, dengan demikian, tradisi ngapem juga berjalan lebih tertutup tanpa mengurangi kekhusuan dan esensi doa di dalamnya. (Andi/SGO)